Menyusuri eksotisme kultur dan lanskap sarat tradisi di Thailand, langkah lelah terpuaskan saat singgah di Ayutthaya. Berjarak 80 km dari Bangkok, Ayutthaya merupakan kota bersejarah yang pernah menjadi ibu kota Kerajaan Siam. Tidak mengherankan bila di Ayutthaya menghampar kuil-kuil kuno yang masih terjaga kelestariannya.

Wisata napak tilas itu terasa membuai sanubari saat mengistirahatkan diri di Sala Ayutthaya. Butik hotel dengan jumlah kamar hanya 26, Sala Ayutthaya layaknya mutiara di tepi Sungai Chao Phraya. Berseberangan dengan hotel, kuil Phutthai Sawan berdiri anggun sejak tahun 1353 yang didirikan oleh Kerajaan Ayutthaya. Pemandangan tersebut menjadi lukisan alam dari restoran dan juga kamar tipe riverfront suite di Sala.

Paras penuh ketenangan menjadi wajah depan Sala yang berada tepat di sebelah Sala Tree di jalan U-thong Road. Gerbang berupa lempeng besi dan susunan bata merupakan fasad yang menyambut dengan hangat. Onion sebagai firma arsitektur yang merancang Sala memang ingin memberikan pengalaman relaksasi optimal. Memasuki Sala, area lobby dirancang dengan dominasi material kayu dan susunan bata. Berdampingan dengan lobby, terdapat galeri seni dengan pintu kayu antik yang mencuri perhatian.

Menyusuri area dalam hotel, mata akan dimanjakan dengan dinding bata yang meliuk-liuk. Efek cahaya alami dari pancaran sinar matahari memercikan siluet dramatis berbingkai langit biru. Ornamen dinding bata tersebut memang buah inspirasi dari bangunan tradisional di Thailand hasil akulturasi kebudayaan Buddha dan Hindu. Namun hal tersebut kontras berbeda saat memasuki kamar-kamar di Sala. Dinding putih dengan rancangan struktur ruang kotak menghembuskan kenyamanan saat beristirahat.

Setiap fasilitas kamar di Sala berbeda antara satu dengan yang lain. Setidaknya ada tiga kamar dengan private pool dengan kolam renang yang terbuat dari marmer putih. Terdapat juga kamar yang menghadap langsung ke Sungai Chao Phraya dan Kuil Phutthai Sawan. Menjejakkan kaki di Ayutthaya merupakan inspirasi destinasi yang layak untuk dicicipi. Menatap gradasi merah dari dinding bata di Sala dan Kuil Phutthai Sawan sembari menikmati matahari terbenam adalah pengalaman menyejukkan bagi jiwa yang ingin lari dari kepenatan metropolitan.




Foto oleh Wison Thungtunya