Apa itu biophilic?

Adanya ikatan dengan alam merupakan kebutuhan manusia, di mana pada dasarnya manusia selalu bergantung langsung pada alam untuk kelangsungan hidupnya. Berkembangnya teknologi yang lebih baik dan nyaman untuk memenuhi kebutuhan manusia, tetapi hal tersebut menjauhkan psikologis terhadap lingkungan alam.





Tree House karya Malan Vorster Architecture Interior Design di Cape Town / Adam Letch, Mickey Hoyle / Archdaily


Maka dari itu terbentuklah istilah biophilia, yang menyatakan bahwa manusia akan lebih sehat dalam lingkungan alam secara fisik maupun psikologi. Desain yang berlandaskan konsep biophilia, disebut desain biophilic dengan menghadirkan ruang hijau untuk meningkatkan kualitas hidup yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan fisiologis maupun psikologis manusia. 


Pentingkah Biophilic? 

Konsep-konsep biophilic terus berkembang menjadi desain yang populer. Konsep desain biophilic terdapat pada berbagai bentuk seperti budaya lokal, ekologi, proyek, dan arsitektur serta pada perspektif desainer di mana elemen biophilic diterapkan pada ruang. Desain biophilic memiliki banyak hasil positif, yaitu berusaha menghubungkan kembali manusia dan alam dengan menyediakan semua jenis manfaat pada perilaku, mental, dan fisik.



Tree House karya Malan Vorster Architecture Interior Design di Cape Town / Adam Letch, Mickey Hoyle / Archdaily


Selain itu, biophilic melihat manusia sebagai benda hidup yang harus diperlakukan secara manusiawi dan proporsional. Desain biophilic memprioritaskan perasaan, keinginan dan cita-cita penghuninya melalui pemahaman dan kesadaran. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa desain biophilic meningkatkan kesejahteraan manusia serta meningkatkan produktivitas.


Biophilic Sebagai Solusi di Era Modern 

Di era modern saat ini, kehidupan masyarakat kota terus dihadapkan dengan berbagai ancaman akibat polusi, stres tekanan pekerjaan, hingga gaya hidup yang serba mudah dan tidak sehat. Perkembangan urbanisasi yang cepat menghasilkan lingkungan yang padat penduduk dan didominasi oleh bangunan dan infrastruktur. Salah satu dari efek negatif urbanisasi ini adalah mengesampingkan unsur-unsur hidup terhadap budaya alam.


Tree House karya Malan Vorster Architecture Interior Design di Cape Town / Adam Letch, Mickey Hoyle / Archdaily


Interaksi masyarakat kota dengan lingkungan semakin sedikit dan masyarakat menghabiskan sebagian besar aktivitas keseharian di dalam ruangan, yang menyebabkan gangguan kesehatan fisik dan berbagai gangguan psikologis. Peran desain biophilic dalam permasalahan di era modern ini adalah dengan membawa unsur alam masuk pada ruang. 


Penerapan Desain Biophillic

Penerapan desain biophilic pada ruang dapat ditunjukkan dengan membuat penerangan dan ventilasi udara alami dan adanya unsur air serta tumbuhan dalam ruang. Penerapan unsur alam dapat diaplikasikan melalui penggunaan material alam dan replika bentuk bentuk alam melalui desain, pola ornamen maupun finishing interior.




Tree House karya Malan Vorster Architecture Interior Design di Cape Town / Adam Letch, Mickey Hoyle / Archdaily


Desain biophilic memperjelas keberadaan tempat manusia dalam alam dan menggunakan lingkungan buatan untuk memelihara, membangkitkan dan meningkatkan interaksi fisiologis dan psikologis manusia dengan alam. Esensi dari desain biophilic ini adalah untuk menciptakan ruangan yang didalamnya terjalin interaksi dengan alam yang merupakan kebutuhan dasar manusia.


Penerapan di Indonesia

Salah satu contoh desain rumah kost di Surabaya yang dirancang oleh arsitek Andy Rahman menggunakan pendekatan biophilic untuk menjawab isu-isu kontemporer yang telah berkembang dalam komunitas arsitektur. Penerapan biophilic dalam menanggapi iklim tropis dapat dilihat pada penggunaan panel berlubang atau bahan dinding pada sebagian besar rumah.

Adanya panel-panel ini membuat bangunan terlihat seakan bernafas seperti makhluk hidup yang mana cahaya dan udara mengalir masuk dan keluar dengan bebas.






Ada juga bukaan tambahan berukuran kecil yang bertujuan untuk mengoptimalkan cahaya dan sirkulasi udara di setiap ruangan kamar kost. Pemilihan warna turut mengikuti lingkungan sekitarnya, yaitu warna abu - abu, coklat dan biru. Warna-warna ini menunjukkan akan suasana alam dan memberikan ketenangan bagi penghuninya. Tekstur kayu yang kuat juga ditonjolkan untuk memberikan kesan nyaman bagi psikis penghuni.




Tulisan grafis pada dinding di area tangga memberi motivati bagi pengguna rumah kost ini dan bertujuan untuk menghadirkan pikiran yang positif setiap harinya kepada pengguna. Penerapan ide biophilic di rumah kost ini tidak mencari keuntungan hanya dengan memaksimalkan ruang tidur saja, tetapi juga menyediakan ruang komunal bagi penyewa, untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan bersosialisasi satu sama lain.





Ruang komunal ini merupakan penerapan biophilic untuk meningkatkan rasa kekerabatan dan membentuk psikologis pengguna menjadi lebih positif. Adanya bukaan pada atap memberikan pengaruh psikologi pada pengguna yang sedang berkumpul, ditambah dengan pemanfaatan pencahayaan alami yang dapat mengurangi rasa penat penghuni.




Penerapan di Kancah Arsitektur Global

Desain rumah di Australia yang dirancang oleh arsitek Edward Moore menggunakan penerapan ide biophilic yang terlihat jelas dari bentukan arsitekturnya. Desain rumah ini mengadopsi sebuah gagasan arsitektur yang bentuknya mengikuti dan menyesuaikan bentuk lanskap disekitarnya. Dalam penerapan desain ini, hubungan antara manusia dan lingkungan alam saling berkesinambungan melalui aplikasi biophilic yang menyematkan banyak bukaan kaca pada dinding ruangan.


Hillside Residence di Kinglake, Australia karya Edward Moore / Peter Bennetts


Penerapan struktur atap yang halus difungsikan sebagai pelindung manusia dari kondisi alam yaitu hujan dan matahari. Atap juga ditujukan untuk menyatukan unsur yang ada di bawahnya, antara manusia dengan tanaman, pepohonan, tanah dan elemen alam lainnya.



Hillside Residence di Kinglake, Australia karya Edward Moore / Peter Bennetts


Pada desain interior ruangan rumah, penerapan biophilic terlihat lebih pada pembagian ruang dan penataan furnitur untuk memenuhi kebutuhan manusia yang sekaligus mendekatkan dengan alam. Setiap tempat duduk ditata dengan mengarah dan melihat ke lingkungan alam di sekitarnya.

Begitupun pada area makan kedua sisi kursi sama-sama menghadap ke bagian luar. Dengan demikian aktivitas yang dilakukan penggunanya akan selalu berhubungan secara visual dengan alam sekitarnya. Pembagian ruang juga mempertimbangkan sirkulasi udara dan pencahayaan pada bukaan-bukaan yang ada, sehingga setiap ruang mendapatkan pencahayaan dan penghawaan alami.


Hillside Residence di Kinglake, Australia karya Edward Moore / Peter Bennetts


Penerapan biophilic juga terlihat pada pengaplikasian warna netral yang digunakan dalam ruangan. Warna netral ini bertujuan untuk memberikan ketenangan bagi psikologis penghuninya serta menciptakan kesatuan dengan alam di sekitarnya. 


Teks oleh Giovani Tanza dan Sabrina Versiska Gosang
(Mahasiswi Jurusan Desain Interior, Universitas Kristen Petra Surabaya)