Harga properti saat ini kian meroket. Betul, karena pada dasarnya harga properti itu tergantung hukum ekonomi supply and demand. Tanah di perkotaan sudah pasti membuat kantung tertawa. Kalau pun tersedia, pasti dengan luasan yang tidak seberapa. Kemudian muncul pikiran bagaimana membuat rumah yang keren dengan luas yang hanya seadanya? Mungkinkah menampung seluruh kebutuhan penghuni?

Ternyata, meski dengan luas seadanya, sebuah rumah mungil tetap bisa dirancang menjadi sebuah rumah super nyaman dan kekinian. Caranya? Kali ini, CASA Indonesia akan membagi beberapa tips bagi Anda yang mengingingkan rumah keren, Instagrammable, nyaman, dan fungsional di atas lahan kurang dari 100 m²!

Perhatikan Bentuk Tanah

Tanah dengan luasan 100 m² bisa berada di manapun di perkotaan. Bisa saja berada di dalam cluster, permukiman padat, atau tersembunyi di sebuah jalan. Dengan memerhatikan bentuk tanah, Anda bisa bertanya pada rekan arsitek desain rumah seperti apa yang cocok dengan luasan tersebut. Apakah cocok untuk menerapkan desain tropis dan terbuka, atau menggunakan teknik secondary skin untuk menjaga privasi penghuni namun tetap terasa lapang di dalamnya.

Apabila tanah tersebut berada di lokasi padat penduduk, perhatikan juga nilai keamanan dan bencana. Jangan terburu-buru membangun rumah spektakuler namun tidak selaras dengan lingkungan sekitar yang justru menyulitkan semua pihak bila terjadi sesuatu.

Dengan luasan 73 m², rumah ini didesain dengan perencanaan yang baik untuk penghuninya (Foto: Archdaily/ Fernando Gomulya/ DELUTION)

Bukaan yang lebar dengan konsep open space membuat cahaya alami dan sirkulasi udara masuk secara leluasa (Foto: Archdaily/ Fernando Gomulya/ DELUTION)

Yang unik dari rumah ini adalah dua massa bangunan seolah terpisah sehingga banyak area outdoor di dalam rumah yang membuat hunian terasa lapang (Foto: Archdaily/ Fernando Gomulya/ DELUTION)

Tentukan Layout Ruangan

Merancang hunian kompak di atas lahan kurang dari 100 m² bisa dibilang gampang-gampang susah. Bagi Anda yang masih single dan belum berkeluarga, sah-sah saja untuk bereksplorasi dalam desain apapun. Namun beda cerita bila lahan tersebut akan dihuni oleh keluarga dengan istri dan dua anak atau bahkan bersama orang tua.

Pada situasi seperti ini, penerapan hunian vertikal adalah opsi yang lazim disuguhkan oleh arsitek. Kelebihan yang Anda miliki adalah rumah berdiri di atas tanah, tidak seperti apartemen yang serba terbatas. Dengan mengacu pada bangunan vertikal, kebutuhan ruang penghuni bisa terakomodasi dengan baik. Idenyan sederhana: tanah kecil, sempit jangan.

Udara dan Cahaya Adalah Segalanya

Pada lahan rumah yang terbatas, sirkulasi udara dan pencahayaan adalah faktor utama yang pasti mendukung rumah tersebut nyaman atau tidak. Sebagai calon penghuni, Anda juga tidak bisa terlalu egois untuk menampung semua benda di dalam rumah sampai terasa sesak. Belum lagi harus bertoleransi dengan kebutuhan penghuni lain seperti pasangan dan anak… atau mertua?



Membangun rumah mungil harus tetap memiliki sinergi yang baik dengan alam. Anda bisa membuat hunian dengan konsep ruang serba terbuka dan saling terkoneksi antar ruang. Bila bangunan rumah itu menerapkan system vertikal, Anda masih bisa memanfaatkan area paling atas rumah sebagai rooftop untuk bersantai atau membuat taman bagi koleksi tanaman kesayangan. Intinya adalah, desain rumah harus menjadi saluran yang baik bagi udara dan cahaya alami supaya rumah tetap terasa sejuk, tidak sumpek, dan efisien dalam pemakaian listrik.

Sederhana Bukan Kekurangan

Membuat rumah yang nyaman di atas lahan terbatas juga tergantung pada pemilihan warna dan material. Usahakan untuk menghindari menggunakan warna-warna terang dan kontras pada dinding, atau memaksakan profil-profil pada interior rumah. Hal tersebut akan membuat Anda merasa sempit karena psikologi penghuni dibenturkan dalam bermacam warna serta bentuk di ruang yang terbatas.

Gunakan material-material yang homogen atau seragam terutama untuk lantai, kabinet-kabinet di dapur atau kamar, serta usahakan untuk selalu senada dalam pemilihan cat dinding. Hindari juga untuk memasang bermacam wallpaper dengan beragam motif karena sama saja Anda membuat ruang menjadi sesak dan memusingkan. Ingat, bersahaja bukan berarti kekurangan. Biarkan rumah mungil Anda berdiri dengan tampilan yang kalem namun lapang dan menyenangkan.

Dengan luasan 48 m², rumah ini tampil begitu modern dan kekinian (Foto: Archdaily/ Mario Wibowo/ sontangMsiregar Architects)

Luasan yang terbatas tidak membuat rumah terbatas dalam bentuk. Solusi arsitektur seperti konsep bangunan vertikal menjadi alternatif yang tepat untuk diaplikasikan (Foto: Archdaily/ Mario Wibowo/ sontangMsiregar Architects)

Warna-warna dan material yang homogen berpadu dengan layout ruangan yang menerapkan konsep open space membuat rumah di lahan terbatas menjadi tempat paling nyaman untuk ditinggali (Foto: Archdaily/ Mario Wibowo/ sontangMsiregar Architects)

Komitmen Bersama

Akhirnya, rumah mungil tapi keren milik Anda sudah selesai dibangun dan siap dihuni. Selanjutnya? Bagi Anda yang single silakan menempati sesuka hati dan menjamu teman-teman saat house warming. Tapi bagi yang akan memboyong keluarga, terapkan komitmen bersama saat rumah siap ditinggali. Komitmennya adalah usaha bersama untuk selalu membuat rumah terasa nyaman walaupun tidak besar.

Komitmen tersebut bisa saja berupa perjanjian untuk melakukan decluttering bersama-sama beberapa bulan sekali misalnya. Teknik decluttering atau memilah benda-benda yang tidak diperlukan lagi merupakan satu hal yang harus dilakukan saat kita menempati hunian berlahan terbatas. Atau, komitmen lain dalam penggunakan listrik atau aktivitas piket membersihkan rumah.