Sosok ini melambangkan melting pot dunia fashion, seni dan desain, lalu menjadi bejana sarat pengetahuan. Aktif sebagai kurator berbagai pameran seni dan penulis buku-buku teori dan monographics seni paling berpengaruh. Jabatannya sebagai Education Director di Istituto Marangoni School of Design di Milan ini, merupakan muara dari perjalanan kariernya sejak tiga dekade sebelumnya.

Usianya yang telah sepuh tidak mengubah sosoknya yang hangat,  senang berbagi ilmu, dan sangat elegan, tak pelak membuat banyak orang terkesan. Cristina Morozzi yang saya temui saat perhelatan pameran CASA Indonesia 2016 lalu,  merupakan persona yang disegani di lingkungan desainer interior, pakar arsitek dan perancang busana di industri kreatif Italia dan Eropa.  Anggota dewan terhormat dalam Biennale Giovani perdana di Turin, Italia yang juga menjadi konsultan image untuk banyak perusahaan fashion dan desain.

Pakar dalam bentangan dunia seni, fashion dan desain ia adalah seorang jurnalis, kritikus, kurator pameran, buku dan direktur seni. Deretan kegiatannya yang menakjubkan mengindikasikan kecintaannya terhadap bidang ini.

Selama 9 tahun (1987-1996) menjadi pengarah majalah desain Modo, kontributor harian dan majalah desain seperti Interni dan MLFL, serta penulis sederet judul buku yang banyak di antaranya terbitan II Sole 24 Ore Cultura termasuk buku berjudul Terrific Fashion. Buku ini mengetengahkan secara eksklusif karya-karya luar biasa dari panggung fashion dan couture karya desainer pendatang baru hingga 'bangsawan fashion' seperti Elsa Schiaparelli, Miuccia Prada, dan Alexander McQueen.

Ia juga mendedikasikan buku yang berisi berbagai konsep keajaiban desain yang didedikasikan kepada desainer produk Konstantin Grcic dan Philippe Starck. Ia pun kerap diminta mengkurasi pameran bergengsi sejak 1999,  misalnya bersama Stefania Ricci untuk pameran Salvatore Ferragamo Evolving Legend,  1928 – 2008, dalam rangka peringatan 80 tahun brand ini dan dilaksanakan di Shanghai, Tiongkok. Tahun 2008, Cristina mengkurasi pameran Trienalle Design Museum di Milan dan tahun berikutnya mengorganisasi  Pameran bertajuk "The Sensitive Soul of Things", masih di  Trienalle Design Museum di Milan. Kegiatannya mengajar di institusi seni bergengsi dilakoni di ECAL University of Art & Design hingga 2012. Pernah menjadi Visiting Professor Ecole Cantonale di Lausanne dan saat ini menjabat sebagai Education Director di istituto Marangoni Design Campus di Milan, Italia.

Menjadi direktur seni untuk Coincasadesign (2007-2009) dan untuk Skitsch (2009-2012). Bekerja untuk penerbit buku ternama Rizzoli Internasional yang menerbitkan hasil pameran fotografi hasil kurasinya untuk “Altagamma Italian Contemporary Excellence”. Dua judul buku Damiani dan Cucine Italiane juga telah diterbitkan Rizzoli International pada 2014 lalu.  Kehadirannnya di Jakarta pada awal Juni lalu selain menjadi pembicara utama dalam CASA Talk, juga menjadi juri tamu dalam lomba perancang desain produk CASA Design Challenge serta juri untuk pemilihan booth dengan desain terbaik yang menjadi peserta tenant pameran CASA Indonesia.
Berikut adalah petikan dari wawancara kami:

Bila Anda memaknai peran desainer, apakah itu?
Alora Miranti, desainer itu memiliki peran penting. Bukan cuma menggerakkan peran dalam roda sosial masyarakat, tapi juga menjadi pion-pion zaman pada setiap masanya. Desainer ada yang akademik atau memiliki gelar karena bersekolah desain secara formal. Namun bukan berarti desainer yang tidak punya latar pendidikan seni lalu dianggap lebih rendah. Fun atau foolish design itu berkarakter berbeda dan sama sekali tidak salah.  Peran mereka sama pentingnya dan bagaimana karya mereka dapat diterima masyarakat merupakan pekerjaan rumah yang berat.



Anda dapat mendeskripsikan unsur terpenting yang terkandung dalam kata desain?
Ada beberapa elemen yang krusial menurut saya. Kreativitas, berkaitan langsung dengan banyak sekali makna. Di dalamnya ada orisinalitas, kebebasan berpikir dan berkarya, serta menemukan inovasi. Desain bisa mempunyai fungsi langsung memberi solusi pada penggunanya. Passion atau hasrat dan semangat berkaitan langsung dengan emosi perasaan, karakter individu. Yang terakhir adalah budaya yang menjadi tonggak utama seoramg desainer mengawali karyanya. Dari lingkungan ia dibesarkan, nilai-nilai yang dianut, variasi dan kombinasi akulturasi yang menjadi stimulan pembentuk jati diri seorang desainer.

Anda memiliki rekam jejak telah banyak bekerja dengan desainer muda. Bisa dijelaskan?
Saya suka sekali mencari lalu mengangkat bakat-bakat muda, atau yang saya sebut the new talent. Tetapi saya tidak akan menuntut mereka menciptakan karya yang saya bisa prediksi. Mereka anak muda dengan dimensi waktu yang sudah berbeda dengan pendahulunya. Tidak heran bila karya ciptaan mereka adalah berbeda, mereka pula yang menciptakan cabang-canbang profesi desain yang sama sekali baru. Mereka belajar dan berkembang dalam periode yang berbeda dari seniornya, kita tidak bisa  mengharapkan masa lalu dikelola mereka untuk menjadi sesuatu yang kekinian. Jawabannya karena cara pandang mereka berbeda total.

Punya saran untuk desainer muda yang ingin go international?
Pertama,  miliki rasa percaya diri yang kuat untuk setiap hasil karya desain sendiri. Trust your project, maka secara otomatis akan mudah untuk mempromosikan diri dan karya Anda.
Kedua, mampu menciptakan karya/proyek dengan story telling yang kuat. Konsumen harus diyakinkan untuk membeli karya yang memiliki nilai konsep unik. Harus bisa mengkreasikan karya dengan bahasa  yang dapat langsung berbicara kepada konsumen. Tantangannya, bahasa desain yang kontemporer sangat dituntut pada zaman sekarang.
Ketiga, karena harus bisa berbahasa desain yang kontemporer, Anda harus mau menambah kadar keingintahuan tentang banyak hal. Perbanyak pengetahun di luar dunia desain, arsitektur dan seni. Bacalah buku sebanyak-banyaknya, lihatlah majalah seluas mungkin, lakukan fashon window shopping untuk mencermati pengolahan warna maupun tekstur dan tentunya keluaran barang terbaru. Banyaklah melakukan travel, tontonlah banyak judul film, amati derap tren fashion, kuliner, otomotif, olahraga, dan lainnya.
Keempat, jadilah manajer diri sendiri yang baik. Saya ambil contoh Tom Dixon. Ia bukan alumni sekolah desain atau seni. Tetapi lihat bagaimana dunia sekarang terkagum-kagum akan karyanya. Hampir di setiap hunian dan fungsi bangunan di banyak tempat di dunia,  paling tidak memiliki satu karya Dixon.  Mengapa? Karena ia seorang manajer yang baik. Secara akurat ia tahu bagaimana mengelola desain dan karyanya. Ia tidak hanya mendesain satu atau dua karya. Tetapi menciptakan satu koleksi perabotan dan objek lengkap, yang menjadi kunci kesuksesan bagi perusahaannya.

Pada era 2000-an, mengapa kita tidak lagi melihat ciri spesifik sebuah aliran baik di musik, fashion dan interior arsitektur seperti halnya abad 20 lalu? Era 1920-an berbeda total dengan era 1930-an dan 1940-an. Apalagi era 1950-an dengan 1960-an hingga 1990-an?
Menurut saya memang hal ini unik dan fenomenal. Tetapi dibandingkan bidang fashion dan musik, desain arsitektur dan interior mempunyai rentang masa yang lebih panjang. Sekarang kita meilihat apa yang disarankan dunia fashion 3 tahun lalu amat sangat berbeda total dengan tren tahun ini. Semua sudah berganti dengan cepatnya. Sedangkan situasi di dalam dunia desain berhadapan dengan bagaimana mengubah cara pandang dan mengedukasi kebiasaan baru. Mengapa, karena ada kebutuhan dan fungsi.  Pihak desainer baik fashion maupun bidang arsitektur dan desain harus sama-sama bergiat melakukan riset dan terawang tren dari kehidupan manusia sehari-hari.

Anda juga mengkurasi majalah digital The Moodboarders. Tentang apakah itu?
Media ini merupakan sebuah penilikan ke dalam dunia desain, dengan berbagai wajah menampilkan suatu hal yang extraordinary, bahkan dalam sebuah kegiatan rutin. Bisa disebut sebagai takaran waktu/masa yang memiliki antena yang cukup sensitif demi mengetahui tren terbaru, bakat muda, dan nilai estetik yang tidak biasa. Tampilannya tidak berupa tulisan berbelit-belit, tetapi malah berupa narasi dongeng untuk lebih meresapi ritme dunia desain yang baru. Kami membuang  hal-hal yang bersifat bersambung atau penuh babak,  mengganti dengan variasi artikel yang mengalir tanpa kehilangan keseruan dan kejutan.

Anda mengamati perkembangan Asia?
Tidak secara khusus. Namun, Eropa dapat dianalogikan seperti seorang wanita tua, Europe is an old lady. Masa depan dunia tampak mulai bergeser ke benua lain, dan saya merasakan mungkin saja ke Asia. Sebab itu, untuk dapat diterima di pasar Eropa, desainer harus sukses dulu menemukan DNA karya. Memang bukan hal yang mudah dilakukan. Untuk menguasai pasar Eropa, bisa saja membutuhkan lebih dari setengah abad. Potensi sudah ada. Contohnya kebudayaan Indonesia yang luar biasa.


Foto: Hadi Cahyono & Dok. Istituto Marangoni