Mencari tempat ngeteh kini menjadi alternatif gaya hidup bagi sebagian orang, selain berburu kopi tentunya. Sejak zaman kekaisaran Tiongkok tempo dulu hingga Kerajaan Inggris saat ini, tradisi minum teh adalah momen untuk menikmati salah satu komoditas favorit Bumi tersebut, baik untuk acara resmi maupun sekadar menikmati petang. Bersama kemajuan budaya maupun perspektif hidup manusia, kesempatan menikmati teh mengalami pergeseran menjadi sebuah habit baru kaum urban. Perubahan perspektif terhadap cara menikmati teh itu serupa dengan fenomena kopi yang ada, di mana kedai-kedai kopi kini bermunculan dengan konsep desain yang kurang lebih sama. Bersih, bersiku, simetris, serba kayu, dan tentu saja photogenic.

Bila kopi kini digandrungi para free workers yang rela menghabiskan waktu berjam-jam di coffee shop beradu wajah dengan laptop, tempat ngeteh pun turut memoles penampilannya. Ialah Lewis & Carroll Flower Market, sebuah tempat ngeteh yang baru saja membuka gerai keduanya di mal Grand Indonesia beberapa waktu lalu. Menempati salah satu sudut di Central Department Store, kehadiran Lewis & Carroll Flower Market seakan menjadi oase bagi para pengunjung mal yang ingin meluangkan waktu berbincang hangat bersama kerabat atau sekadar online menuntaskan pekerjaan.


Konsep desain yang digagas oleh Vindate sebagai konseptor interiornya, Lewis & Carroll Flower Market terfokus pada fungsi spasial tanpa mengenyampingkan nilai estetikanya. Mengambil bentuk huruf L, tempat ngeteh ini mengantar flow pengunjung melalui serving area di mana terdapat deretan bunga-bunga segar dari Atelier Fleuri. Sejak awal memasuki Lewis & Carroll Flower Market, sentuhan Scandinavian bergaya minimalis cukup kuat terasa dengan dominasi material kayu pada interiornya.

Deretan rak dengan tea storage berwarna bronze menjadi penyambut manis di serving area. Keserasian untuk material kayu juga terlihat pada table display dengan flower bins yang tertata rapi. Saat memasuki area utama tempat ngeteh ini, tampak jejeran kursi, sofa, serta meja panjang di ujung ruang. Sofa menempati ruang yang berbatasan dengan area publik dengan railing kayu sebagai pembatas, sementara round table dining dengan kapasitas dua sampai empat orang mengisi bagian tengah, dan built-in sofa melekat pada dinding di area dalam tea shop dengan meja panjang berpasangan bersama dining chair yang ada di depannya.




Penekanan fungsi dengan pendekatan estetika menjadi keunikan yang diterapkan oleh Vindate pada Lewis & Carroll Flower Market. Kolom-kolom eksisting justru bukan menjadi kendala, alih-alih digunakan sebagai lemari penyimpanan sekaligus bagian dari service area bagi pramusaji. Begitu pula dengan dinding kayu di sisi belakang tempat ngeteh cantik ini yang difungsikan sebagai mini office serta ruang cold storage untuk penyimpanan bunga di baliknya. Teknik kamuflase untuk optimalisasi fungsi pada area publik yang digunakan sebagai restoran maupun tea shop begitu tepat diterapkan.


Pada akhirnya, aktivitas sosial maupun individu bagi pengunjung Lewis & Carroll Flower Market terjadi organik tanpa adanya intimidasi ruang. Kesahajaan desain yang diaplikasikan oleh Vindate amat selaras dengan kehangatan beragam jenis teh teh yang dimiliki Lewis & Carroll Flower Market seperti Oolong atau Sencha. Tampil dengan dua palet putih dan cokelat, Lewis & Carroll Flower Market layak menjadi destinasi untuk berpaling sesaat dari hiruk pikuk mal kota besar.

Foto: dok. Vindate