Vitra Design Museum yang berada di wilayah Weil am Rhein di selatan Jerman diklaim sebagai salah satu kiblat bagi para arsitek maupun desainer. Museum desain yang dirancang oleh arsitek Frank Gehry pada tahun 1989 tersebut telah menjadi wahana ekshibisi bagi para arsitek dan desainer ternama untuk menyajikan ragam inspirasi di bidang desain.

Pada akhir September lalu, Vitra Desain Museum membuka pameran dari perjalanan desainer Victor Papanek dengan tajuk "Victor Papanek: The Politics of Design” yang akan berlangsung hingga 10 Maret 2019. Ekshibisi tersebut akan menampilkan beragam karya seperti gambar kerja, objek desain, hingga fillm dokumenter yang menunjukkan napak tilas Victor Papanek. Sebagai seorang desainer, Papanek adalah sosok yang karyanya selalu mengacu pada isu sosial dan lingkungan, di mana pendekatan tersebut kini tengah menjadi pembaruan bagi industri desain.


CASA Indonesia berkesempatan untuk memenuhi undangan Geberit sebagai sponsor utama perhelatan pameran perjalanan desainer Victor Papanek bulan November lalu. Lahir di kota Vienna, Austria, Victor Papanek pernah meluncurkan buku berjudul Design for the Real World di tahun 1971. Dari buku tersebut dapat disimak bila Papanek begitu konsisten menggunakan bahasa desain sebagai media untuk memenuhi hajat hidup manusia, termasuk di dalamnya adalah segi fungsi dan estetika. Pola pikir dan acuan desain Victor Papanek tersebut sejalan dengan prinsip desain Geberit yang menjadi sponsor pameran Victor Papanek: The Politics of Design.


Beberapa instalasi jejak karya Victor Papanek di Vitra Design Museum. 
(Foto: dok. Norbert Miguletz)

Sebagai produsen sanitasi yang telah berpengalaman lebih dari 150 tahun, Geberit memahami dengan sangat mendalam bagaimana desain dan konteks sosial serta lingkungan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Jargon yang disuarakan oleh Geberit sejalan dengan etos desain Victor Papanek yang tersaji dalam ekshibisi The Politics of Design. Seperti pada salah satu karya Victor Papanek yang mengundang perhatian yaitu Work Cube (1973), rangkaian furnitur yang susunannya dapat diubah sesuai fungsi dan kebutuhan.

Benang merah pada gubahan desain yang ada pada diri Victor Papanek amat sejalan dengan prinsip desain yang diusung oleh Geberit. Sebagai produsen sanitasi, Geberit tidak hanya mengedepankan elegansi desain pada produk- produknya, seperti toilet misalnya, namun juga berpegang pada fungsi sebuah sanitasi.

Usai menyusuri pameran Victor Papanek, CASA Indonesia juga sempat berkeliling melihat secara langsung kompleks kampus Vitra yang berisi gubahan arsitek-arsitek legendaris yang tertuang dalam ragam rupa bangunan. Sebut saja gedung pabrik yang dirancang oleh arsitek Álvaro-Siza asal Portugal, Dome karya Richard Buckminster Fuller, gedung pabrik dengan fasad akrilik karya Sanaa tahun 2012, Fire Station karya mendiang Zaha Hadid, dan tentu saja VitraHaus karya Herzog & de Meuron. 



Conference Pavilion karya Tadao Ando.
(Foto: dok. Geberit)

Gedung VitraHaus karya arsitek Herzog & de Meuron.
(Foto: dok. Geberit)

Beranjak dari Weil am Rhein, CASA Indonesia berpindah menuju Rapperswil-Jona di Swiss yang merupakan kantor pusat dan pabrik Geberit. Memasuki kantor utama, sebuah instalasi besar menjadi pusat perhatian di tengah ruangan yang merupakan paduan antara showroom dengan perkantoran. Instalasi yang memeragakan bagaimana sebuah proses sanitasi yang merupakan keunggulan Geberit dapat dipresentasikan kepada siapa saja yang berkunjung. Beruntung, CASA Indonesia berkesempatan untuk melihat langsung presentasi salah satu produk andalan Geberit yang siap diluncurkan tahun 2019.

Dalam diskusi bersama Dr. Martin Baumüller selaku Head of the Group Division Marketing & Brands Geberit mengungkapkan bila seluruh produk Geberit sebagai produk sanitasi tidak terlepas dari pemahaman yang tepat akan kebutuhan masyarakat. “Apa yang kami buat merupakan jawaban dari apa yang dibutuhkan masyarakat.Terutama seiring tuntutan kehidupan di kota besar yang seringkali melupakan makna penting kesehatan dan higienitas”, tuturnya. Lebih lanjut Dr. Baumüller mengungkapkan bila ekspansinya pada pasar Asia seperti Indonesia adalah karena perkembangan yang pesat tentu menuntut adanya program sanitasi yang tepat.

Prastia Putra selaku Managing Editor CASA Indonesia berdiskusi bersama Dr. Martin Baumüller selaku Head of the Group Division Marketing & Brands dGeberit.
(Foto: dok. Geberit)

Presentasi piping system Geberit di kantor pusat Geberit di Rapperswill - Jona, Swiss.
(Foto: dok. Geberit)

“Sanitasi bukan menyoal bagaimana mengalirkan air kotor ke pembuangan akhir. Jauh dari itu, Geberit ingin mengakomodasi kepentingan masyarakat dengan mendesain ragam produk seperti pipa, toilet, sistem pembuangan, hingga dinding peredam untuk menghilangkan deru suara toilet. Semuanya itu adalah salah satu cara kami menjawab prinsip Design Meets Function yang bisa ditemui korelasinya pada pameran desainer Victor Papanek di Vitra Design Museum”, Dr. Baumüller menjelaskan dengan antusias.

Sejak tahun 2017 silam, produk urinoar Geberit telah teraplikasi untuk toilet Vitra Design Museum. Dengan tampilan yang modern, urinoar Geberit menyajikan perangkat toilet berbahan keramik dengan durabilitas yang tinggi sekaligus efisiensi pemakaian air dan listrik yang optimal.