Bangunan ini berdiri dan melebur secara luwes di Taman Bima, Bandung, Jawa Barat. Lingkungan sekitarnya terdiri atas perumahan menengah dan perkampungan yang berdampingan harmonis. Taman Bima Microlibrary, demikian nama bangunan ini, dirancang oleh tim arsitek SHAU Bandung yang dipimpin duo arsitek Florian Heinzelmann dan Daliana Suryawinata. Perpustakaan kecil ini menjadi perwujudan pertama dari prototipe desain yang akan dibangun di seluruh Indonesia. Atas dasar menggiatkan kegiatan membaca buku dan pengajaran ilmu, proyek ini dibangun atas prakarsa dan didukung oleh Dompet Dhuafa, Urbane Community dan Indonesian Diaspora Foundation. Tujuan utama organisasi ini menitikberatkan pada memberdayakan masyarakat untuk hidup mandiri.
    Lahan persegi empat tempat bangunan ini berdiri, awalnya diisi oleh sebuah panggung sederhana yang selama ini digunakan masyarakat setempat sebagai ajang berkumpul, acara lingkungan,  hajatan hingga kegiatan olahraga. Misi SHAU sebagai pihak arsitek lebih menujukan untuk memberi nilai tambah ketimbang mengambil atau mengubah menjadi sesuatu yang lain. Perencanaan lebih difokuskan untuk memperbaiki panggung terbuka itu dengan memberi atap agar terlindung dari curah hujan dan menutupinya dalam bentuk kotak perpustakaan yang seolah-olah melayang.
    Daliana Suryawinata, Direktur Suryawinata Heinzelmann Architecture and Urbanism (SHAU) adalah lulusan Berlage Institute, Rotterdam, Belanda. Dalam menempuh pendidikan arsitektektur, Daliana menyadari bahwa tugas arsitek bukan cuma merancang bangunan mewah, hotel-hotel resor berbintang maupun gedung pencakar langit, tetapi juga menciptakan karya yang dapat terintegrasi dengan situasi masyarakat setempat. Setelah bertemu dengan Florian Heinzelmann, mereka berdua berkolaborasi menghasilkan karya-karya arsitektektur yang berbeda. SHAU didirikan sejak tahun 2009 oleh Daliana dan Florian, di sela-sela kesibukan mereka melakukan riset dan mengajar. Di Belanda, usai menyelesaikan program S2-nya, Daliana bekerja di kantor-kantor biro arsitektur terkenal di Belanda seperti Office for Metropolitan Authorities (OMA), MVRDV, dan USH.. Tujuannya adalah agar ia dapat memelajari hal-hal penting yang tidak ditemukannya di kantor biro arsitektur biasa. Di sanalah mereka mengerjakan begitu banyak proyek dan dengan berbagai skala, bukan hanya membangun hunian atau perkantoran yang umum. Dengan dasar itu, mereka kemudian mendirikan SHAU yang dapat menjadi wadah untuk mewujudkan misi dan visi mereka.
    Dan pada bangunan Taman Bima Microlibrary, dibangun dari sebuah struktur sederhana menggunakan I-beam (balok profil I) dan slab beton untuk lantai dan atap. Panggung dibuat ulang dengan beton dan menambah tangga lebar. Penggunaan material untuk fasade memilih bahan yang dapat mendukung tujuan penciptaan ruang dalam tanpa alat pendingin udara serta efisien dalam pembiayaannya. Selain itu tim SHAU ingin membuat ruangan yang nyaman dialiri udara dan kaya pencahayaan alami pada waktu siang hari. Awalnya, mereka sempat ingin menggunakan jerigen plastik bekas pakai berwarna putih dan transparan. Ternyata dalam pelaksanaannya sulit menemukan jerigen yang dimaksud karena jumlahnya sangat terbatas. Penggantinya mereka malah menemukan wadah bekas es krim dari plastik yang berwarna putih dan lebih stabil saat bagian dasar wadah dilubangi unttuk jalan masuk udara.
    Uniknya saat melakukan studi untuk menerapkan 2000 wadah bekas es krim tersebut, tim arsitek menyadari material ini dapat diinterpretasikan sebagai kesan terbuka dan tertutup. Hal ini seperti mengemban sebuah pesan dari bangunan itu sendiri sesuai dengan pesan yang disampaikan Walikota Bandung, Ridwan Kamil mengenai Microlibrary dan lingkungan sekitarnya. Pesan tersebut adalah “Buku adalah Jendela Dunia”. Sementara itu, pada bagian interiornya, peran material wadah nekas es krim ini berhasil menciptakan suasana teduh karena berfungsi sebagai penyaring cahaya terik matahari. Bangunan perpustakaan ini nyatanya memang sangat baik diterima oleh masyarakat sekitarnya. Beragam kegiatan sangat sering diadakan di sana yang akhirnya sesuai dengan tujuan perencanaan bangunan ini dibuat.

Foto: Sanrok Studio untuk SHAU Bandung