Dalam kesempatan yang sama, Mohammad Danisworo merayakan hari ulang tahunnya ke-80 dan perjalanan karirnya sebagai arsitek senior selama 53 tahun. Diselenggarakan di The Dharmawangsa Hotel, Jakarta Selatan, Nusantara Ballroom menjadi pameran mini dari beberapa karya beliau.  




Selain merayakan hari besar ini, acara ini diramaikan oleh diskusi santai oleh para pakar arsitek serta penyampaian rencana penerbitan buku. Para nara sumber yang diundang adalah Prof. Gunawan Tjahjono, Achmad D. Tardiyana, Karuna Murdaya, dan Ahmad Djuhara.




Sekilas tentang Prof. (Emeritus) Ir. Mohammad Danisworo M.Arch., MUP, Ph.D; beliau adalah maestro besar yang banyak terlibat dalam perencanaan kota, baik secara riset atau pun pelaksanaan. Sejak berumur 16 tahun, Prof. Danis telah tertarik akan dunia arsitektur hingga akhirnya mengambil gelar sarjana di Arsitektur ITB.




Ingin terus mengembangkan ilmu yang ia miliki, Prof. Danis mengambil studi tentang urban design di University of California Berkeley dan memperoleh gelar doktor Urban Environmental Planning dari University of Washington.




Selain sebagai pengajar, peneliti, dan praktisi, Prof. Danis juga mendirikan dua institusi, yaitu Pusat Studi Urban Desain (PSUD) pada tahun 1994 dan Planning Development Workshop (PDW) pada tahun 1998. PSUD didirikan dengan tujuan ingin menghimpun informasi dan pengetahuan mengenai perancangan kota. Sedangkan PDW bergerak sebagai konsultan arsitektur dan urban design.



Hingga kini kedua institusi ini masih sangat aktif berkarya hingga akan merintis buku. PDW akan menerbitkan buku berjudul “Architecture : Beyond Building”, serta “Urban Desain di Indonesia” dari PSUD. Kedua buku yang masih dalam proses perancangan ini direncanakan akan segera diterbitkan akhir tahun ini. Draft dari kedua buku sempat ditampilkan di acara ini. 


Beberapa karya dari Prof. Danis yang ditampilkan di area entrance ballroom seperti Penataan Kawasan Kota Tua (2013), Masterplan Jakarta Garden City (2013), Masterplan Pengembangan Kawasan Pariwisata Maluku Tenggara Barat (2015), maket Kawasan Pembangunan Terpadu Kuningan Persada.


Baca juga, 9 Arsitek dan Desainer Indonesia Sukses di Luar Negeri






Acara utama adalah diskusi berbobot dengan topik utamanya: apa itu arsitektur dan apakah peran seorang arsitek hanya sekadar sebagai perancang bangunan. Saat diskusi, ada beberapa kutipan menarik yang disampaikan oleh panelis. 




Menurut Prof. Danis, arsitektur itu lebih dari sekadar bangunan. Urban desain itu berarti berbagi dan harus menjaga jiwa dari tempat tersebut. Sebagai arsitek, perlu menciptakan sebuah pembentukan kota yang partisipatif dan ada konektivitas saat perancangan.




Achmad D. Tardiyana juga menambahkan bahwa persoalan perkotaan tidak bisa diselesaikan secara instan, tapi butuh evolusi. Di sini lah peran penting bagi arsitek. Bukan hanya memetak-metakan area tapi harus memikirkan dampak lingkungan dari bangunan serta meningkatkan kualitas kehidupan di perkotaan. Penting juga untuk memanfaatkan apa yang lingkungan tawarkan untuk bangunan yang dirancang.




Sebagai ketua IAI, Ahmad Djuhara menyampaikan tentang profesi arsitek di Indonesia yang sudah menjadi profesi teregulasi dan legal, tapi belum punya otoritas yang cukup banyak untuk membentuk kota, budaya, dan peradaban. Dengan bangga ia berpendapat bahwa buku yang diterbitkan oleh PDW membuktikan bahwa arsitek lokal sebenarnya mampu, tapi memang masih diperjuangkan.


“Jakarta adalah salah satu contoh kota di Indonesia yang telah menghormati dan mengandalkan peran arsitek. Yang bisa kita lihat adalah proyek Gelora Bung Karno. Memang semuanya butuh waktu, perlahan-lahan, namun kita bisa terus maju,” papar Ahmad Djuhara.


Baca juga, Mengenang Kisah Arsitek Legendaris, Han Awal


Foto: dok. CASA Indonesia, courtesy of Mohammad Danisworo Associates: PDW, PSUD, membacaruang.com