Diana Nazir, sang pendiri dari sebuah kantor konsultan interior yang lebih dikenal dengan nama Artura. Nama kantor ini berasal dari penggalan kata art yang mewakilkan kecintaan Diana Nazir atas dunia seni. Dalam karir beliau, desain dan seni memiliki hubungan yang sangat erat. Tiap karya seni yang hadir dalam desain beliau, merupakan bagian dari sebuah kesatuan bukan hanya sekedar pelengkap secara visual. 


Walaupun demikian, dalam wawancara bersama CASA Indonesia beberapa waktu silam, Ibu Diana masih tetap menyebut dirinya sebagai desainer interior ketika ditanyakan mengenai profesinya. Hal Ini berkaitan dengan latar belakang pendidikan dan karir yang dirintis olehnya dalam bidang interior.


Tahun 2018 menandakan kolaborasi tahun keempat antara Diana Nazir dan CASA Indonesia dalam pameran yang bertema One Nation, yaitu pameran Casa Indonesia 2018. Beliau turut andil dalam pameran ini sebagai creative director.



Selain itu, bersama tim Artura, beliau juga ikut serta dalam pameran Casa Indonesia 2018 dengan karya dari seniman, yaitu Arief Rachman dan Antin Sambodo. Nantikan liputan lengkapnya dalam edisi berikut majalah CASA Indonesia.


Beragam gaya desain pernah diusung oleh Diana Nazir namun dapat dikatakan bahwa desain interior ciptaan beliau memiliki kekuatan dalam detail warna dan tekstur. Selain dari itu, beliau juga merancang beragam produk interior di antaranya adalah Wiron Dining Chair (2016), Jaring Hanging Lamp (2014), Tweet Tweet (2011), Wiron Sofa (2010), dan lain sebagainya.



Java Blues Dining Chair oleh Diana Nazir


Bagi pecinta seni, pasti mengenal akan perhelatan seni Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) yang tiap tahun diadakan di Grand Kemang Hotel, Jakarta. ICAD kerap kali menjadi ajang untuk komunitas seni di Jakarta dalam mempromosikan desain dan seni kontemporer di Indonesia. Salah satu dari pelopor acara ini adalah Diana Nazir ini sendiri. 




ICAD 2017


Napak tilas beliau dalam dunia kreatif terus berlanjut, bukan hanya di domestik namun juga di kancah internasional. Beberapa waktu yang lalu, dalam naungan nama ICAD by Artura, beliau membawa Indonesia ikut serta dalam Super Design Show 2018. Pameran ini merupakan bagian dari perhelatan desain terbesar di dunia, yaitu Milan Design Week


Dalam booth pameran bertajuk Java Blues, ICAD menampilkan bagian dari budaya Jawa, sebagai pulau dengan populasi masyarakat Indonesia terbanyak. Eksplorasi yang dilakukan ICAD dalam meleburkan kriya tradisional dengan modernitas, mampu mewakilkan bagaimana kekayaan sebuah budaya masih berhubungan dan dapat diaplikasikan dalam dunia desain. 


Serangkaian koleksi yang telah dikurasi tim Artura ditampilkan dalam Java Blues. Di antaranya adalah Gunungan (2018) oleh Harry Purwanto, Parang Collection oleh Jenggala, Sri Rejeki (2018) dan Maskulina (2018) oleh Ucup Baik, Jewelry Collection (2018) oleh Tulola, Tumbuh (2018) oleh ICK, dan terakhir Batik Jawa oleh Nita Kenzo.




Dengan suasana dan koleksi yang didominasi dengan warna Indigo, ICAD by Artura ingin mengupas sebuah koneksi yang begitu menakjubkan serta kuat antara manusia, alam dan kekuatan dari alam, di dalam naungan pemikiran yang kontemporer.


Foto dok. CASA Indonesia, ICAD Artura, Arief Rachman, Tala Indonesia.