Biro arsitek dengan prestasi mendunia baru saja merampungkan pembangunan alun-alun di kawasan Cirebon, Jawa Barat. Dikepalai Florian Heinzelmann dan Daliana Suryawinata, SHAU Indonesia merancang Alun-alun Kejaksan dengan luas area sekitar 1 hektar.

Berhasil meraih beragam prestasi tingkat internasional melalui seri proyek microlibrary, SHAU menciptakan ruang publik berkonsep terbuka yang mengawinkan sejarah serta budaya lokal bersama kehidupan sehari-hari di sekitar kawasan ini. Nilai-nilai tersebut lalu digabungkan dan dihadirkan kembali melalui karya arsitektur dengan gaya yang modern. Terhubung dengan Mesjid At-Taqwa, alun-alun dirancang untuk mewadahi aktivitas publik seperti acara keagamaan, perpustakaan, taman umum, serta ruang untuk penjual jajanan di pinggir jalan.




Baca juga, Prestasi Mendunia! 2 Arsitek Indonesia Raih Penghargaan


Gapura atau candi bentar menjadi patokan utama terhadap materialitas serta geometri yang diterapkan pada ruang publik ini. Inilah yang mendasari penggunaan bata merah sebagai material utama yang turut terlihat di Keraton Kasepuhan. Penggunaan bahan bangunan ini tak hanya berdasarkan bangunan bersejarah yang ada di Cirebon, tetapi juga dalam rangka menstimulasi ekonomi lokal dengan penggunaan bahan serta tenaga lokal dalam proses konstruksinya.




Memiliki lapangan yang luas di tengah alun-alun, area ini turut digunakan oleh para jemaah dari Mesjid At-Taqwa jika terdapat acara keagamaan yang membutuhkan ruang tambahan. Penduduk setempat juga dapat menimba ilmu dengan berkunjung ke microlibrary yang terletak di sisi utara alun-alun. Perpustakaan ini dikelilingi dengan kumpulan tangga yang bisa digunakan sebagai area duduk serta menjadi akses menuju rooftop perpustakaan. Di area rooftop inilah, pengunjung bisa dengan leluasa menikmati panorama yang ada di taman dan wilayah sekitarnya.






Baca juga, Keren! Perpustakaan di Semarang ini 100% dari Kayu


Selain itu, pengunjung juga seakan disuguhkan sebuah museum terbuka berkat kehadiran monumen sejarah yang direlokasi di salah satu area alun-alun berupa sunken memorial plaza. Di area ini, arsitek turut melakukan konsultasi dengan para tetua, sejarawan lokal, serta Sultan demi menyajikan teks informasi yang akurat kepada warga yang datang berkunjung kesini.





Sumber foto: Kemala Montesa / SHAU Indonesia